Sunday, July 18, 2010

Adakah Kekayaan yang Sebenarnya di Dunia Ini?

Kebanyakan manusia mengira mereka dapat memperoleh kehidupan yang sempurna begitu mereka bertekad untuk itu. Lebih jauh lagi, mereka mengira bahwa kualitas hidup yang tinggi bisa dicapai dengan memiliki lebih banyak duit, standard hidup yang lebih baik, keluarga yang bahagia, dan kedudukan yang terhormat di masyarakat. Namun, orang-orang yang mencurahkan seluruh waktu mereka untuk memperoleh hal-
hal seperti itu jelas-jelas melakukan kesalahan.

Pertama, mereka hanya berjuang untuk
meraih ketenteraman dan kebahagiaan di dunia ini dan sama sekali melupakan Hari
Akhirat. Walaupun terdapat fakta bahwa tujuan utama mereka adalah menjadi hamba Allah di dunia ini dan mensyukuri apa- apa yang dianugerahkan-Nya,
mereka menghabiskan hidup untuk memenuhi berbagai hasrat mereka yang sia-sia.

Allah memberitahukan betapa
remeh dan menipunya daya tarik
dunia di dalam Al Quran:
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya
kehidupan dunia ini hanyalah
permainan dan suatu yang
melalaikan, perhiasan dan
bermegah-megah antara kamu
serta berbangga-banggaan
tentang banyaknya harta dan
anak, seperti hujan yang tanam-
tanamannya mengagum-kan
para petani; kemudian tanaman
itu menjadi kering dan kamu
lihat warnanya kuning kemudian
menjadi hancur. Dan di akhirat
ada azab yang keras dan
ampunan dari Allah serta
keridhaan-Nya. Dan kehidupan
dunia ini tidak lain hanyalah
kesenangan yang menipu. (QS. Al
Hadiid, 57: 20)

Tidak mengimani Hari Akhirat atau menganggapnya sebagai kemungkinan yang jauh adalah kesalahan pokok dari banyak orang. Mereka yakin bahwa
mereka tidak akan pernah kehilangan kekayaannya. Kesombongan membuat mereka menghindar dari ketundukan
kepada Allah dan memalingkan
wajah mereka dari janji-Nya.

Akhir dari orang-orang seperti ini dikisahkan sebagai berikut:
"Sesungguhnya orang-orang yang
tidak mengharapkan pertemuan
dengan Kami, dan merasa puas
dengan kehidupan dunia serta
merasa tenteram dengan
kehidupan itu dan orang-orang
yang melalaikan ayat-ayat Kami,
mereka itu tempatnya ialah
neraka, disebabkan apa yang
selalu mereka kerjakan. " (QS.
Yunus, 10: 7-8)

Sejarah telah menyaksikan banyak orang semacam ini. Para raja, kaisar, dan fir ’aun
menganggap mereka dapat memperoleh keabadian dengan kekayaan mereka yang hebat; pemikiran bahwa ada sesuatu
yang lebih berharga daripada kekayaan dan kekuasaan mungkin tidak pernah terlintas pada mereka. Mentaliti yang
cacat ini menyesatkan banyak orang, yang sangat terkesan oleh kekayaan dan kekuasaan mereka.

Namun, semua orang yang tidak beriman ini menghadapi akhir yang mengerikan. Di dalam Al Quran, Allah memberitahukan
tentang mereka:
" Apakah mereka mengira bahwa
harta dan anak-anak yang Kami
berikan kepada mereka itu
(berarti bahwa), Kami bersegera
memberikan kebaikan-kebaikan
kepada mereka? Tidak,
sebenarnya mereka tidak sadar."
(QS. Al Mu'minuun, 23: 55-56)


Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan harta benda dan anak-anak itu untuk
menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan
kafir. (QS. At-Taubah, 9: 55)

Orang-orang ini sebenarnya telah mengabaikan satu poin yang
sangat menentukan. Semua kekayaan dan segala sesuatu yang dianggap penting adalah milik Allah. Allah, Pemilik sebenarnya segala kekayaan, memberikannya kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Sebagai balasannya, manusia diharapkan untuk bersyukur kepada Allah dan menjadi hamba-Nya yang taat. Hendaklah diingat bahwa
tidak seorang pun dapat menghalangi pemberian Allah kepada seseorang. Sebaliknya, begitu kekayaan seseorang
dicabut, tiada selain Allah yang kuasa mencegahnya. Dengan inilah, Allah menguji manusia.

Namun, orang-orang yang melupakan Pencipta mereka dan hari penghisaban tidak mengindahkan ini:

"Allah meluaskan rezki dan
menyempitkannya bagi siapa
yang Dia kehendaki. Mereka
bergembira dengan kehidupan di
dunia, padahal kehidupan dunia
itu (dibanding dengan)
kehidupan akhirat, hanyalah
kesenangan (hanya sedikit) ". (QS.
Ar-Ra'd, 13: 26)

Tipu helah dajjal, menyukarkan yang halal memudahkan yang haram. Sungguh, mengejar kekayaan itu tidak dihalang oleh
islam, tapi perlu lah dilakukan di atas nama Allah. Wallahualam.


mencari rezeki amat d galakkan
dlm ISLAM..
beribadat seperti kita akan mati
pada esok hari dan carilah rezeki
seperti kita akan hidup seribu tahun
lagi..keseimbangan dlm ISLAM dan
hidup..

No comments: