Saturday, July 24, 2010

Hadiah Terakhir dari Seorang Isteri

“Bang... liat apa yang ummi bawa
ni”. Ustaz muda yg tengah
tenggelam dalam pembacaannya
itu menoleh separuh terkejut.

Isterinya menghampirinya seraya
menghulurkan sebungkus plastik
hitam berisi kotak. Sejenak dia
memandang isterinya dengan
penuh tanda tanya, sementara
isterinya hanya tersenyum kecil
membalas pandangan suaminya
yg tercinta.

“Apa ni ummi”. “Untuk
abanglah.buka dan liatlah
isinya ”. Segera ia membuka
bungkusan itu dengan penuh
rasa ingin tahu. Sepasang sandal
kulit baru. Tertegun ia sejenak.
“ Ummi liat sendal abang dah
rusak. jadi ummi belikan yang
baru ni. Nanti abang pakai untuk
sholat hari raya idhul adha ya
bang .... ” kata isterinya dengan
mata bersinar penuh harapan.

Tersentak rasa hatinya... rasa
haru menyusup kesegenap jiwa
sudut jiwanya. Dalam keadaan
ekonomi yang sebegini, isterinya
masih sempat mempergunakan
uang belanja untuk membelikan
sesuatu yang memang sgt dia
perlukan.Sandalnya memang
sudah waktunya untuk diganti.

Sudah dua kali terputus. Yang
terakhir, waktu ia memakainya
kemarin, tali sandalnya yang
kanan hampir terputus.
Terpaksalah dia menjinjit sandal
itu dan pulang dengan kaki
kanannya berkaki ayam.

Padahal,
waktu itu panas terik dan Ya
Allah, panasnya sampai terasa
hampir melepuh telapak kakinya.
Keinginan untuk menggantikan
dgn yg baru memang ada,
tetapi ia singkirkan sementara.
gakpapa.. masih bisa dibaiki...
gumamnya sendiri. Tetapi
sebetulnya bukan itu sebab
utamanya, melainkan kerana
masalah keuangan yg belum
ada. Banyak lagi keperluan lain
yang perlu dipenuhi. Apalagii
saat ini mereka sedang
menantikan kehadiran anak
pertama. Isterinya sedang hamil
sembilan bulan.. tinggal nunggu
harinya.

“Bagus ummi.. tentu harganya
mahal ya?..” “Jangan fikirkan soal
harganya, gak ada salahnyakan
sekali sekali membelikan sesuatu
yg terbaik untuk abang”.

“Terima kasih yea ummi...”
katanya gembira sambil
memeluk isterinya penuh kasih.
Ustaz muda itu merasagelisah.
hari ini,sudah 7 hari isterinya
ditahan di kamar pasien.

Menurut
doktor keadaan isterinya sangat
lemah dan dikhuatiri akan
menghadapi masalah pada saat
melahirkan nanti. Pagi tadi air
ketubannya pecah dan sedari
pagi ia tidak beranjak dari sisi
isterinya. Hatinya berdebar
kencang tidak menentu.

Apabila
ia menatap wajah isterinya,
batinnya tersentuh haru.
Isterinya terbaring lemah,
matanya terpejam rapat,nampak
kurus dan pucat. Berbeza dgn
kerudung labuh berwarna biru
muda yang dipakainya.
“Tapi kau
masih tetap nampak cantik, Mi..”
bisik hatinya.

Sementara itu sayup-sayup
terdengar suara takbir
dikumandangkan. Tiba-tiba
isterinya membuka mata.
Senyumannya menghiasi
wajahnya bila terlihat sang suami
disisi.
“Pukul berapa sekarang bang?...
tanya isterinya lirih. “Hampir
pukul 12. Gimana keadaanmu Ummi? Tak sabar rasanya ingin
dengar tangisan anak kita
bang...".

"Sabarlah... InsyaAllah,
semuanya akan berjalan dgn
lancar ”.

“Amin...” jawab isterinya
lemah.
“Bang,besok Hari Raya
Idhul adha kan?”. “Ya.. tu suara
takbir kedengaran”. “Sebaiknya
abang balik dulu, istirahat
dirumah. Besokkan abang bisa
berkhutbah di Hari Raya.
Jangan
risau tentang Ummi. Abang pun
harus jaga kesehatan.kurang
tidurkan sejak akhir-akhir ni,
nanti abangpun jatuh sakit”.

Abang rasa, abang mau orang
lain yg gantiin jadi Khatib
besok,abg akan memberitahu
Pengerus Masjid pagi esok
mengenai hal ni... penggantinya
pun udah ada ”.

“Jangan bang..Ummi minta tolong bang,jangan
batalkan.. ”.

“Tapi gimana dgn
Ummi?”.

“Jangan risau tentang
Ummi. Seperti yg abang
katakan tadi, insyaAllah,
semuanya akan berjalan dgn
lancar. Ummi pun dah rasa
lebih baek. Ummi harap abang
tetap dapat melaksanakan
tanggungjawab abang dengan
baik. Ummi akan kecewa kalau
abang batalkan. ”.

“Tapi, siapa
akan menjaga Ummi?”.

“Bukankah semua telah kita
serahkan kepada Allah Ta Ala
Dialah sebaik-baik penjaga dan
pemelihara makhlukNya ”.

“Baiklah”. Ustazd muda itu
akhirnya mengalah.

“ Alhamdulillah.. doakan anak kita
sehat dan selamat ya bang..”

“Sudah tentu Ummi”. “Satu lagi
bang...sandal yg Ummi belikan
besuk dipakai ya... ”. Dia hanya
mampu tersenyum dan
mengangguk. Mata isterinya
yang berkelopak cengkung itu
kembali bersinar.

Hanya tinggal beberapa orang
jamaah yang masih berada di
masjid itu. Ustaz muda itu
merasakan sesuatu yang dingin
meresap dalam hatinya.
Kegelisahan yang sejak beberapa
saat tadi terasa mencengkam,
enggan menyingkir dalam
dirinya, kini hilang dan terasa
ringan beban pikirannya. Doanya
khusyuk dan saat ia berdoa
khusus untuk isterinya dan bayi
yg bakal lahir, tanpa terasa
matanya basah. Basah oleh
kedamaian yang menguasai
jiwanya. Kemudian dia bangkit
perlahan-lahan. Suasana
perkarangan masjid telah sepi.

Ketika dia melangkah keluar,
tertegun sesaat lamanya. Eh,
mana sandalku?.Sibuk dia
mencari di segenap sudut.Tadi
dia meletakkan sandalnya di sini,
di sudut ini. Tapi gak ada juga.

Yang tinggal hanya 3 pasang
sendal yang rusak.

“innalillahi wa inna ilaihirajiu’un.”

Gumamnya lirih setelah beberapa
lama mencari tapi nihil.
“Ada apa
ustaz?”. Tanya salah seorang
pengurus masjid yang kebetulan
berada tidak jauh darinya.

“Saya
cari sandal saya.. tapi gak
ketemui. Tadi rasanya saya taruh
di sini, mungkin tertukar... ”.

“kayak apa sandalnya”. “Sandal
kulit, masih baru. Baru sekali ni
pakai ”. “Itu bukan tertukar
ustazd, tapi sengaja ditukar.
Kemungkinan besar tak dapat
kembali lagi ustazd ”.

“Ustazd muda itu hanya dapat
manarik nafas panjang. belum
rezeki. Bukan miliknya...

gumamnya sekadar
menghiburkan hati.
Kesedihannya bukan kerana
hilangnya sandalnya itu tetapi
lebih tertuju kepada isterinya.
Bagaimana bersinarnya mata
isterinya ketika memberikan
sandal itu dan meminta untuk
memakainya pada solat Aidul
Adha ini tergambar kembali
dengan jelas. Rasanya tak
sanggup ia menatap wajah teduh
isterinya nanti ketika ia
menjelaskan bagaimana nasib
sandal pemberiannya itu.

Paling
tidak, isterinya pasti hanya akan
tersenyum nipis sambil
mengucapkan pasrah “gakpapa...
lain kali kalau ada rezeki lebih,
InsyaAllah kita beli lagi ”. Tapi
justeru itulah yang akan
membuatkannya tidak sampai
hati.

Ketika dia sampai di depan
rumahsakit,pamannya sudah ada
di sana, menyambutnya lalu
mengajaknya duduk di bangku
panjang. Perasaannya tidak
menentu. Dari tutur kata dan
sikapnya, ia mempunya firasat
bahawa sesuatu telah terjadi
kepada isterinya. Dan ternyata
benar.

“Isterimu telah kembali ke
Rahmatullah nak” ujar pamannya
lirih nyaris tidak kedengaran.
Tapi baginya umpama suara
guruh yang menyambar
telinganya. “Lebih kurang pukul
delapan pagi tadi”.

“Innalillahi wainna ilaihi raji’un,”
desisnya dengan hati yg pedih.
Dia tidak kuasa lagi menahan air
matanya dari jatuh. Pamannya
mencoba menenangkannya.

“Tapi Alhamduilillah bayinya
dapatdiselamatkan...”. “gimana
dengan keadaannya?’

“Baik,
gemuk dan sehat...tangisannya
pun kuat ”.

Alhamdulillah.. “ini
ada pesanan dari isterimu” kata
pamannya sambil menyerahkan
sepucuk surat yang telah lusuh.


Bismillahhirrahmanirrahim...

Abang tersayang,

Puji dan syukur kita panjatkan
kehadirat Rabb Pencipta Alam
atas rahmat, nikmat dan
kurnianya. Selawat dan salam
untuk Rasululllah Shollalloh hu
Alaihi Wassalam,keluarga,
sahabat dan pengikutnya.

Abang,
Ummi tidak dapat menulis
panjang. Ummi merasa semakin
lemah... dan rasanya waktu
Ummi semakin dekat. Ummi
selalu berdoa agar anak kita lahir
selamat dan tidak kurang satu
atau apa pun. Kalau nanti ia lahir
selamat dan Ummi tidak sempat
menjaga dan membesarkannya,
Ummi redha. Sebab Ummi yakin,
InsyaAllah abang akan
mengasuhnya seperti yang
abang harapkan.
Ummi
tinggalkan anak itu kepada
abang...

Abang,
Ummi minta ampun dari hujung
rambut sampai hujung kaki
kiranya Ummi pernah melakukan
kesalahan sama abang selama
kita bersama. Halalkan makan
minum Ummi... dan redhalah
atas kepergian Ummi ini...

Abang,
Sandal yang Ummi hadiahkan itu
Ummi beli dari Ukhit Hasanah,
masih nyicil
pembayarannya..Kalau ternyata
Ummi tidak sempat
membayarnya, tolong abang
bayarkan untuk Ummi ya.

Semoga Allah senantiasa
melindungi dan merahmati kita.

Amiin... Wassalam Ummi...

Kertas lusuh itu basah dengan
airmatanya. Rupanya isterinya
telah merasa dirinya akan
menghadap ilahi. Dilipatnya
kembali surat terakhir itu. Tak
sempat mendengar kata-kata yg
lembut dari isterinya saat
memberitau sandalnya yang
hilang itu seperti yang
dibayangkan. Teringat ia akan
sabda Rasulullah Shollalloh hu
Alaihi Wassalam:

jihadnya wanita
itu adalah saat ia melahirkan.
Sungguh beruntung engkau,
Ummi. Kesedihannya perlahan
tersingkir oleh rasa syukur dan
bangga terhadap isterinya.
Isterinya pergi setelah
menyelesaikan kewajiban yang
paling mulia bagi seorang
wanita, iaitu melahirkan seorang
bayi yang masih suci dan bersih.

InsyaAllah akan selalau kujaga
amanahmu ini, bisiknya seperti
memperoleh kekuatan baru.
Selamat jalan mujahidahku..!!

♥Apabila seseorang perempuan
mengandung janin dalam
rahimnya,maka beristighfarlah
para malaikat untuknya.Allah
S.W.T. mencatatkan baginya
setiap hari dengan 1,000
kebaikan dan
menghapuskan darinya 1,000
kejahatan.

♥ Apabila seseorang perempuan
mulai sakit hendak bersalin,
maka Allah S.W.T. mencatatkan
baginya pahala orang yang
berjihad pada jalan Allah S.W.T.

♥ Apabila seseorang perempuan
melahirkan anak, keluarlah dia
daripada dosa-dosa seperti
keadaan ibunya melahirkannya.

No comments: