Saturday, August 7, 2010

Berhentilah menjadi gelas

Seorang guru Sufi mendatangi
seorang muridnya ketika
wajahnya belakangan ini selalu
tampakmurung. “Kenapa kau
selalu murung nak? Bukankah
banyak hal yang indah didunia
ini ?” sang guru bertanya.

“Guru,
belakangan ini hidup saya penuh
masalah. Sulit bagi saya untuk
tersenyum. Masalah datang
seperti tak ada habis-habisnya, ”
jawab sang murid muda.

Sang guru terkekeh. “Nak, ambil
segelas air dan dua genggam
garam. Bawalah kemari. Biar
kuperbaiki suasana hatimu itu.”

Si muridpun beranjak pelan
tanpa semangat. Ia laksanakan
permintaan gurunya itu, lalu
kembali lagi membawa gelas
dan garam sebagaimana yang
diminta.

“Coba ambil segenggam garam
itu dan masukan ke dalam
segelas air, ”kata sang guru.
“Setelah itu coba kamu minim
airnya sedikit.” Si muridpun
melakukanya. Wajahnya kini
meringis karena meminum air
asin. ”Bagaimana rasanya?’
Tanya sang guru. “Asin dan
perutku jadi mual,”jawab si
murid dengan wajah masih
meringis.

Sang Guru tersenyum
melihat wajah muridnya yang
meringis keasinan.
“Sekarang kamu ikut aku.”Sang
guru membawanya ke danau di
dekat mereka. ”Ambil garam
yang tersisa dan tebarkanlah ke
danau. ”Si murid menebarkan
segenggam garam sisa ke danau
tanpa bicara apapun. Rasa asin
dimulutnya belum hilang. Ia
ingin meludahkan rasa asin
dimulutnya, tapi tak
dilakukanya. Tak sopan rasanya
meludah di hadapan mursyid.

“Sekarang coba kamu minum air
danau itu,”kata sang guru
sambilmencari batu yang cukup
datar untuk didudukinya, tepat
dipinggir danau. Si murid
menangkupkan kedau
tanganya , mengambil air danau
dan meminumnya. Ketika air
dingin segar mengalir di
tenggorokanya, sang Guru
bertanya, ”Bagimana rasanya?”

“Segar, segar sekali,”kata
simurid sambil mengelap
bibirnya. Tentu saja air danau ini
berasal dari sumber mata air
diatas sana. Dan airnya mengalir
menjadi sungai kecil dibawah.

“ Terasakah rasa garam yang kau
taburkan?” tanya sang Guru.

“Tidak sama sekali,”kata si
murid sambil mengambil air
minumnya lagi. Sang Guru
hanya tersenyum dan
membiarkan muridnya
mengambil minum sampai puas.

“Nak,”kata sang Guru setelah
muridnya selesai minum.”Segala
masalah dalam hidup ini seperti
segenggam garam. Tidak
kurang, tidak lebih. Hanya
segenggam garam. Banyaknya
masalah dan penderitaan yang
kau hadapi dalam hidupmu itu
sduah dikadar oleh Allah, sesuai
untuk dirimu. Jumlahnya tetapi
segitu-gitu aja tidak berkurang
dan tidak bertambah. Setiap
manusia yang lahir ke dunia
inipun demikian. Tidak ada
satupun manusia,walau dia
seorang nabi yang terbebas dari
penderitaan dan masalah. ”

Si murid terdiam
mendengarkan. ”Tapi Nak, Rasa
‘asin’ dari penderitaan yang
dialami itu sangat tergantung
dari besarnya ‘qalbu’(hati) yang
menampungnya. Jadi Nak,
supaya tidak merasa menderita,
Berhentilah Menjadi Gelas.

Jadikan qalbu dalam dadamu itu
sebesar danau. ”


Hemm, sahabat terkadang
masalah yang kecil menjadi
besar tatkala hati kita sempit.
Banyak sekali kita menyaksikan
dalam perjalanan hidup kita ada
orang saling bunuh hanya
karena masalah yang kecil.
Masalah yang kecil itu menjadi
besar tatkala hatinya sempit.

Perbesarlah ruang hati kita dan
jadilah lebih bijaksana dalam
menghadapi masalah. Niscaya
solusi akan terhampar seiiring
dengan terhapar luarnya ruang
hati kita. Bersemangatlah..
semoga bermanfaat
.

No comments: